Jumat, 01 Mei 2015

Kumpulan Cerpen: Saat Dimana Aku Benar Benar Merasa Telah Menjadi Seorang Ibu.

Hanya sebuah kisah, bukan tentangku, bukan tentangmu, bukan tentang kalian ataupun mereka.

Aku hanya bisa terbaring lemah sambil menunggu, menatap sekeliling ruang periksa yang putih dan bersih. Menunggu seorang bidan yg sedang pergi untuk mengambil hasil test laboratoriumku. Dan menunggu apa yang terjadi pada hidupku selanjutnya.

Semua pikiran terpusat pada sebuah pertanyaan.

"Bagaimana jika...? Bagaimana jika... aku hamil? Apa yang akan aku lakukan? Bagaimana caraku membiayai hidupku dan bayiku? Sedangkan aku masih sekolah & belum punya penghasilan! Selama ini aku hidup hanya dengan mengandalkan bunga deposito asuransi kematian kedua orang tuaku, itupun harus aku irit irit agar bisa mencukupi semua kebutuhanku setiap bulannya. Ini semua salah keparat itu! Kenapa juga dia harus mengeluarkannya di dalam? Bukan diluar seperti biasanya! Dan kemana dia sekarang? Hilang begitu saja setelah aku kabarin dia klw aku telat mens-_- Ahhh,, sial!! Dasar lelaki brengsek!! Mau enaknya doang-_-

Pikiranku seolah diganggu oleh rasa berdebar yang menghantuiku. Dan ketika pintu kamar dibuka, bidan itupun masuk dengan membawa hasil testku. Aku meneliti wajahnya, tapi tak terpancar ekspresi apapun, dingin & datar. Ketika ia mulai bicara, nada suaranya monoton dan amat membosankan.!!

Meski tidak menyimak kata katanya dengan jelas, aku tau persis apa maksud dari diucapkannya padaku!! "Aku Hamil"

Aku hanya bisa duduk terdiam, menerawang memandang rona wajahnya yang sangat memuakkan. Tidak ada kata-kata hiburan yang ditawarkan, tidak ada remasan tangan. Air mataku pun jatuh menetes, dan aku tidak mau lagi melihat atau mendengar apapun. Kupeluk diriku sendiri dan aku menangis semampuku.

Pikiranku kalut "Aku sendiri saja blum bisa merawat diriku dengan baik. Selalu saja dipusingkan dengan masalah mengatur uang yg jumlahnya tak seberapa agar bisa sampai akhir bulan. Dan sekarang aku harus ketambahan tugas untuk merawat dan memberi makan seorang manusia mungil?"

Aku sangat ketakutan dan berpikir bahwa aku telah bertindak sangat bodoh membiarkan diriku hamil. Air mataku mengalir semakin deras. Aku tenggelam dalam kenyataanku yang baru. Aku akan menjadi seorang ibu.

Waktupun berlalu begitu cepat, aku benar benar semakin Frustasi karna tak ada satu pun klinik yg mau membantuku untuk Aborsi. Sedangkan untuk melakukannya sendiri, aku tak punya keberanian. Jujur, aku masih takut mati! Dan aku juga telah lama di drop out dari sekolahanku, karna memang tak ada satu sekolahan pun yg mau menampung siswinya yg terbukti hamil diluar nikah?

Seiring dengan perutku yang makin membesar, demikian juga rasa takutku. Aku benar benar merasa blum siap untuk menjadi seorang ibu. Apalagi menjadi seorang ibu tunggal.

Hari terburuk dalam kehidupanku, ketika aku terpaku sebuah dilorong super market yang nampak sedang ramai ramainya. Disitulah aku berdiri sendiri dengan keadaan hamil besar, kelebihan berat 18 kg, dengan jadwal bersalin yang sudah tinggal menghitung hari.

Perutku terlihat begitu besar sehingga aku sudah tak ingat lagi seperti apa rupa kakiku yang sekarang. Yang aku rasakan sekarang, kakiku mendadak kram sehingga tak bisa bergerak.

Jujur saja, bepergian dengan perut buncit itu seperti sebuah siksaan bagiku. Tapi aku kehabisan susu, mau tak mau akupun harus keluar rumah.

"Tokonya lumayan dekat, jadi aku pasti bisa!", pikirku.

Jadi, disinilah aku, pas diperempatan lorong supermarket berdiri mematung ditempat, sehingga menghalangi laju kereta dorong dari berbagai arah. Dengan wajah merah padam, aku berpura pura menatap deretan kotak biskuit didepanku, aku tidak ingin melihat mimik marah para pengunjung yang jalannya aku blokir.

Dan kemudian aku mendengar suara seorang anak perempuan.

"Ibu, mengapa wanita itu kelihatan aneh sekali?"

Aku mencoba menghentikan air mata yang tiba-tiba merebak.

"Oh Tuhan, tolonglah! Aku sudah tidak tahan! Tidak bisakah orang sekali-kali mengatakan sesuatu yang baik tentang diriku? Aku sangat lelah menjadi alien seperti ini. Apakah aku tak kan pernah lagi menjadi normal, nyaman, dan sehat? Tanpa harus menjadi gunjingan orang? Aku lelah & jengah Tuhan!!"

Lalu ibu anak itu mengucapkan sesuatu yang tak kan pernah bisa kulupakan seumur hidupku.

"Nak, itu karena Tuhan telah memberi wanita itu seorang bayi mungil untuk dibawanya didekat hatinya." Bisiknya lembut kepada putrinya.

Ketika aku membuka mata, ibu dan anak itu sudah hilang, demikian juga dengan kram di kakiku. Tapi kata-katanya itu akan selalu kuingat selamanya.

Entah kenapa mendadak aku terinspirasi untuk menulis sebuah surat untuk anakku yang belum lahir. Tiba-tiba saja terlintas bahwa hal terpenting didunia ini sekarang adalah memberitahunya, diatas sebuah kertas. Bahwa aku akan selalu mencintainya dan menyayanginya dan aku akan selalu berusaha sekuat tenaga untuk menggantikan ketidakhadiran seorang ayah dalam hidupnya.

Masih terekam jelas dikepalaku, ketika pertama kali ia bergerak didalam perutku, aku menyadari bahwa ia memang benar benar "nyata".

Dan saat aku merenungi kata-kata ibu anak yang berpapasan ditoko itu, untuk pertama kalinya aku memikirkan bahwa bayiku itu juga seorang seorang manusia, dengan keinginan serta kebutuhannya sendiri, "bukan sampah yang entah bagaimana caranya harus aku lenyapkan jauh jauh dari kehidupanku".

Aku begitu bersemangat untuk menulis sebuah surat kepadanya. Aku berjalan tertatih ke mejaku dan mengeluarkan alat tulis, lalu memejamkan mata sesaat untuk menghubungkan hatiku dengan bayiku. Dan membuka mata lalu mulai menulis.

Dear Malaikat Hatiku...

Disinilah aku menunggu kedatanganmu, memeriksa semua pakaianmu yang mungil dan memimpikan hari ketika kita akan bertemu didunia luar. Aku sudah mengenalmu, bayiku.

Aku tau kalau kau itu seorang yang kuat dan keras kepala. Setiap tendangan dan getaranmu seolah mengatakan, "Hei, Bu. Ini aku!"

Ikatan kita sekarang mungkin kuat, tapi akan semakin kuat saat aku bisa menunjukkan cintaku kepadamu dan kita bisa membangun hubungan hari demi hari, saat kau mulai tumbuh nanti..

Jujur meski awalnya aku sempat merasa takut jika harus merawatmu seorang diri. Tapi selama beberapa hari terakhir ini, aku benar benar telah mulai menikmati setiap gerakanmu dan menanti hari ketika kita bisa saling bersentuhan.

Kau sekarang dan selamanya akan selalu jadi malaikat dihatiku. Dan aku amat berterima kasih kepada Tuhan karna telah menjadikamu bagian dari hidupku.

Dengan penuh cinta,
Ibu

..............

Akupun tersenyum setelah berulang kali membacanya. Bergegas akupun memasukkannya kedalam amplop, dan menyimpan kedalam kotak kenang-kenangan yang telah kubuat khusus untuk malaikat kecilku nanti. Aku merasa telah bisa untuk menyingkirkan semua rasa takutku. Yang tertinggal hanyalah pikiran bahwa bayiku akan lahir kedunia.

Seminggu kemudian, bayiku terlahir kedunia. Dan aku sekarang tlah benar benar menjadi seorang ibu...

Aku sama sekali tidak bisa tidur selama 24 jam dirumah sakit. Aku seolah tak ingin mengalihkan pandanganku dari makhluk mungil yang telah sukses mengubah statusku. Anak perempuanku, malaikat kecilku, sangat sempurna!!

Aku membayangkan suatu saat nanti, ketika ia sudah bisa membaca. Dan dia membuka amplop itu serta melihat kata kata cinta yang selalu aku tulis saat menanti kehadiranya kedunia, saat saat dimana akhirnya aku siap menjadi seorang ibu dan membawanya selalu didekat di hatiku.. Sepanjang hidupku!!

Kamis, 30 April 2015

Kumpulan Cerpen: Bidadari Jalang Itu Istriku.

Jika kamu menyayangi Seseorang, berhentilah menghakimi masa lalunya. Berdiri lah disampingnya, dan bantu dia untuk menghias masa depannya. Karna kamu tak tau kapan waktunya dia untuk pergi.

Taman monas hening sore ini. Terlihat matahari sudah mulai beranjak pergi dari peradabanya. Warna keemasan mulai terlihat dipuncak monas. Awan awan nampak berarak beriringan dilangit jingga. Tidak terlihat seorangpun disini ini kecuali aku dan Angel kekasihku. Suasana yang begitu tentram jauh dari suara bising kendaraan dan udara yang begitu segar tanpa polusi asap knalpot.

“Angel”. Kucoba untuk memulai pembicaraan. Kupegang tanganya dan kukeluarkan sebuah kotak mungil yang berisi cincin didalamnya. Dia hanya mentapku dan nampak sedikit bingung.

“Sudah tiga tahun kita menjalin hubungan ini”. Hanya sedikit senyum kebingungan yang terlihat dari raut wajahnya saat ini.

“Dan aku rasa sudah saatnya kita membawa hubungan ini ke jenjang yang lebih serius”. Kulanjut kan kata-kataku.

“Angel, maukah kamu menghabiskan sisa hidupmu untuk menemaniku serta menjadi ibu dari calon anak-anaku kelak”. Pintaku sambil membuka kotak cincin yang berada di tanganku.

Raut wajah yang tadi terlihat sedikit bingung kini berganti menjadi raut muka gembira sekaligus kaget.

“Iya. Aku mau menghabiskan sisa hidupku denganmu dan menjadi calon ibu dari anak-anakmu kelak”. Setelah aku mendengar jawaban itu, aku langsung memasangkan cincin itu pada jari manisnya sambil kukecup keningnya.

********

Dan hari bahagia itu pun tiba. Hari yang sangat penting dan sakral bagi kami berdua. Perasaan senang dan gugup berkecamuk menjadi satu dalam diriku ketika penghulu mulai memegang tangan kananku. Keringat dingin mulai bercucuran membasahi keningku.

“Sudah dua kali kamu gagal. Jika kali ini kamu salah lagi mengucapkanya, maka ijab qobul ini akan batal”. Kata sang penghulu padaku.

Lalu ku coba lagi mengucapkan ijab qobul untuk yang terakhir kalinya, dan Alhamdulillah kali ini aku dapat mengucapkanya dengan benar.

Setelah kami melakukan ijab qobul dan menggelar resepsi pernikahan sederhana, akhirnya waktu yang kami tungu-tungu itu datang. Malam pertama. Sebuah moment yang aku harap dapat berjalan dengan sangat spesial dan akan menjadi sebuah kenangan yang takkan terlupakan nantinya.

Dan benar saja. Malam itu benar-benar menjadi momen yang sangat tak terlupakan. Namun bukanya kebahagiaan yang kurasa. Melainkan perasaan kecewa yang teramat sangat besar, ketika aku mendapati istriku ternyata sudah tidak perawan. Entah lelaki mana yg telah lebih dahulu menidurinya.

Hari-hari telah kami lalui bersama, dan semakin hari rasa cintaku seakan semakin terkikis oleh rasa kecewa yang aku alami. Sebulan setelah malam itu berlalu, ketika aku tengah terduduk di sofa sambil menikmati acara televisi kesukaanku, tiba-tiba ia datang menghampiriku.

“Mas, aku hamil”. Katanya.

Aku hanya tersenyum tipis. Karena jujur saja saat ini aku amat menyesal karena telah memilih Pelacur ini sebagai pendamping hidupku. Apa lagi ketika ku ingat ia sudah pernah tidur dengan lelaki lain. Jijik rasanya jika harus membayangkan itu semua.

Keesokan harinya ketika aku pulang dari kantor, istriku datang menghampiriku yang tengah duduk beristirahat di teras depan rumah.

“Mas aku ingin ketoprak”. Katanya.

“Nanti saja lah, aku masih capek”. Jawabku dengan sedikit cuek.

“Ini bukan mauku mas, tapi ini kemauan anak kita”.

Akhirnya dengan berat hati akupun berdiri dari kursi kemudian pergi meninggalkan istriku untuk mencarikan ketoprak untuknya. Sesampainya di rumah, aku berikan makanan itu. Tapi ia hanya memakan beberapa sendok saja. Dan hal ini sontak membuatku sangat jengkel. Hingga kami terlibat sebuah percekcokan. Ingin sekali aku tampar muka Pelacur ini.

Namun ketika aku baru mengangkat tanganku, tiba-tiba seperti ada sebuah mata pisau yang tepat menghujam ke arah jantungku. Nafasku terasa sesak dan seketika pandanganku mulai kabur.

Brruuuk!!! Aku jatuh terseungkur ke lantai.

Perlahan ku buka mataku. Pandanganku masih terlihat samar-samar. Ku toleh disekelilingku terlihat beberapa selang yang menempel pada tubuhku.

“Selamat siang pak”. Kata seorang suster.

“Bagaiman keadaanya. Sudah baikan?”. Sambil menyuntikan sesuatu ke dalam infuse yang tergantung disampingku.

Aku hanya sedikit tersenyum sambil memandangi wanita itu. Aku baru tersadar, ternyata penyakit jantung yang ku derita selama ini kambuh lagi. Sebulan sudah aku di rawat di rumah sakit, hingga akhirnya hari ini dokter memperbolehkanku untuk pulang ke rumah. Namun seminggu sekali aku masih harus kontrol kerumah sakit. Dokter juga mengatakan, aku harus selalu menjaga emosiku serta tidak diperbolehkan melakukan aktifitas yang dapat membahayakan kesehatan jantungku.

Tubuhku masih terasa lemah dan tak jarang jangtungku terasa seperti ditusuk-tusuk oleh mata pisau. Aku mulai beranjak bangun dari tempat tidurku dan berjalan keluar kamarku. Ku hirup udara pagi yang masih terasa segar dan belum tercemari oleh asap kendaraan.

“Mas, ini sarapanya di makan dulu sebelum minum obat”. Aku menoleh ke belakang, terlihat istriku sedang meletakan sebuah piring dan obat-obatan beserta air putih kemeja dekat ranjang.

“Aku berangkat ke kerja dulu mas, jangan lupa obatnya nanti di minum”. Kata istriku sambil berlalu meninggalkan kamar.

Semenjak penyakitku kumat, Angel lah yang menjadi tulang punggung keluarga sekaligus merangkap sebagai seorang ibu rumah tangga. Selain itu kini ia juga lebih sabar dalam menghadapiku walaupun akhir–akhir ini aku sering marah tak jelas padanya. Karena selain ini semua akibat ulahnya, aku juga masih belum dapat melupakan kekecewaanku itu. Belum lagi ketika aku tau penyakitku ini tak dapat lagi disembuhkan, jika tidak ada seseorang yang rela mendonorkan jantungnya untukku.

Namun siapa juga orang bodoh yang mau mengorbankan hidupnya untuk kehidupanku. Sepertinya memang ini sudah menjadi takdirku. Menunggu ajal yang akan datang hanya dalam hitungan bulan.

“Ini semua pasti karna perempuan pelacur itu”. Keluhku dalam hati.

Jarum jam terus berputar, matahari juga sudah mulai terlihat tinggi. Sementara aku masih terduduk di kursi depan kamarku semenjak pagi tadi. Hari ini aku merasa begitu bosan, karena tidak ada satu halpun yang dapat kulakukan. Di tambah lagi suasana rumah yang begitu sepi. Tidak ada seorangpun di rumah ini kecuali aku. Hingga akhirnya aku mulai beranjak dari tempat dudukku dan berjalan menuju sebuah komputer yang terletak tak jauh dari tempat ku duduk. Kunyalakan komputer itu dan ku buka facebooku. Disana terlihat ada sebuah permintaan pertemanan. Ku lihat foto orang itu, aku sedikit heran. Wajahnya terlihat sangat familiar. Tidak lama berselang setelah kukonfirmasi permintaan itu, tiba-tiba muncul sebuah pesan pada jendela chatingku. Ternyata itu orang yang tadi, seorang wanita yang kurasa aku sudah pernah mengenalnya.

“Hay, gimana kabarnya?”. Sapanya dalam pesan itu.

“Baik. Maaf ini siapa iya?”. Aku mengkernyitkan dahiku, karena sampai saat ini aku belum ingat siapa wanita itu.

“Masa lupa. Aku Vany”. Balasnya.

Dan akupun baru teringat, ternyata ia adalah Vany mantanku sewaktu SMA dulu.

Waktupun berputar, aku dan Vany pun semakin dekat. Dan dia juga sering main kerumahku. Tentunya tanpa sepengetahuan Pelacur itu. Hingga pada suatu hari ketika aku sedang duduk melamun di ruang tengah, tiba-tiba ku dengar bunyi dari handphoneku. Setelah ku lihat, ternyata ada sebuah pesan dari Vany.

“Mas aku di depan rumah”. Katanya dalam pesan itu.

Aku langsung beranjak meninggalkan ruang tengah dan menuju ke pintu depan. Setelah ku buka, ku lihat Vany mengenakan dress warna merah.

“Silahkan masuk”. Kataku sambil tersenyum.

Vany pun masuk, namun aku melihat ia agak sedikit aneh hari ini, Vany nampak begitu sexy hari ini. Akhirnya muncul sebuah ide gila dikepalaku, aku pun lantas menggiringnya ke kamar tidur. Itung-itung sebagai pelampiasan kekecewaanku pada istriku.

Tanpa pikir panjang, aku langsung menidurinya. Vany pun tak menolak untuk ku gagahi, karna dia masih menyukaiku. Kamipun lantas berlomba mendaki puncak tertinggi dari nirwana berdua.

"Sekarang kita impas Angel! Karna kita sama sama pernah tidur dengan orang lain!" Senyumku puas.

Malam pun datang menjelang, Ku lihat Pelacur itu tengah asyik mengotak-atik ponselku. Dan aku baru tersadar, kalau aku lupa belum menghapus pesan-pesan dari Vany. Lebih parahnya lagi di dalam pesan itu terdapat pembahasan tentang apa yang telah kami lakukan tadi siang. Dibukanya pesan itu dan seketika istriku pun marah besar. Tetapi aku tidak mau kalah.

“Aku hanya ingin semuanya impas. Toh tubuhmu juga sudah pernah dinikmati lelaki lain, apa salahnya kalau aku juga menikmati tubuh wanita lain. Dasar Pelacur jalang!!”. Kataku sambil menampar istriku hingga tubuhnya tersungkur ke lantai.

Dan seketika itu juga dadaku seperti di hujam oleh ribuan mata pisau. Nafasku mulai terasa sesak dan pandanganku mulai kabur. Hingga pada akhirnya aku jatuh pingsan.

Setelah mengalami koma selama 3 minggu, hari ini aku mulai sadar. Namun aku masih di rawat di dalam ruang ICU. Setelah tiga hari, akhirnya dokter memindahkanku ke bangsal dan keadaanku pun semakin membaik. Hingga pada suatu hari dokter mengijinkan aku untuk pulang. Namun aku merasa sedikit bingung, sudah beberapa hari ini aku tidak melihat sosok Pelacur itu datang menjenguk ku. Mungkin dia masih marah denganku atau karena ia terlalu sibuk dengan urusan kantornya.

"Ahh.. Masa bodho lah, emang ku pikirin??" pikirku.

Hingga sebelum aku pulang, seorang suster menghampiriku dan memberikan sebuah surat untuku. Kubuka surat itu, dan ternyata itu surat dari istriku. Dia, istriku meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit. Dia mengalami kecelakaan dan keguguran sehingga ia mengalami pendarahan dan nyawanya tak dapat diselamatkan. Namun sebelum ia meninggal ia sempat berpesan untuk memberikan jantungnya padaku. Setelah mengetahui kabar itu, aku merasa begitu sedih dan kehilangan.

Dengan berderai airmata ku buka surat yang diberikan oleh suster tadi.

“Dear suamiku tercinta.
Maafkan aku mas, jika aku selama ini tidak dapat menjadi istri yang baik seperti yang kamu harapkan. Aku juga tidak dapat mempersembahkan mahkotaku padamu, lelaki yang menjadi imamku. Seseorang telah lebih dulu merenggutnya secara paksa dariku.

Awalnya aku berfikir untuk mengubur semua kenangan pahit masalaluku sendiri. Namun ternyata aku salah, skali lagi maaf jika aku tak pernah bisa menjadi yang terbaik buat kamu.

Mungkin saat ini ragaku sudah tidak dapat mendampingi mu seperti janjiku dulu sebelum kita menikah. Namun jantungku yang akan senantiasa menemanimu sampai nanti engkau menyusulku.

Lanjutkan hidupmu mas, dan wujudkan lah mimpimu untuk membangun rumah tangga dengan wanita yang baik. Wanita yg bisa menjaga mahkotanya tetap utuh untuk imamnya, yang pasti wanita itu bukan lh aku.

Aku dan buah hati kita akan ikut senang jika melihat ayahnya tersenyum bahagia di dunia sana. Skali lagi, maaf jika aku tak pernah bisa jadi wanita yg terbaik buat kamu.

Salam istrimu.
Angel

Tanpa terasa air mata semakin deras membasahi pipiku, ku remas surat dengan perasaan hancur berkeping keping. Kini aku merasakan kehilangan yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku begitu menyesal, karena aku telah menyia-nyiakan orang yang begitu mencintaiku.

Andai ia dapat kembali, aku akan mencintaimu dan akan aku terima segala kekurangan nya.

"Oh tuhan, manusia macam apa aku ini. Engkau telah anugrahkan wanita yang sebetulnya telah sempurna untuku, namun aku malah menyia-nyiakanya hanya karena kegoisan yang merajai pikiranku."

Lima tahun telah berlalu, namun aku masih hidup sendiri. Karena aku tidak dapat melupakan almarhum istriku dan penyesalan selalu datang menghantuiku.

Ingin sekali aku mengakhiri hidupku saat ini juga, namun akal sehatku selalu saja datang menghalangi.

"Bagaimana kamu bisa berkumpul lagi dengan anak & istrimu di surga? Jika kamu mengakhirinya dengan jalan yg salah. Kamu akan menyia-nyiakan jantung istrimu sendiri klw sampai kamu nekat melakukannya!"

Hanya satu yg selalu aku nantikan saat ini, aku menanti Tuhan menjemputku. Sehingga aku akan dapat bertemu dengan anak dan istriku di surga nanti. Bisa kembali memeluk istriku, "Si Bidadari Jalang" yg telah aku sia-siakan semasa hidupnya.

Rabu, 29 April 2015

Bidadariku Seorang lesbian 5: Setelah Kamu Hilang Dari Mataku: Cinta Datang Terlambat.

Aku hanya ingkari kata hatiku saja, tapi mengapa cinta datang terlambat? – Maudy Ayunda “Cinta Datang Terlambat”


(Baca semua cerita sebelumnya)

Aku bangun, mengawali hariku dan mengajak Tuhanku, berbicara. Aku mengatakan kepadaNya, bahwa aku sangat bahagia mengenalmu. Aku sangat bersyukur karena Tuhan pernah mempertemukanku denganmu. Aku terdiam menatapi langit-langit kamarku, kupejamkan mata sambil mereka-reka lagi bagaimana dulu kamu pernah begitu dekat. Ku ingat-ingat lagi bahwa dulu pernah ada kata rindu yang kau ucap walau hanya dalam deretan abjad di layar handphone. Dulu pernah ada kamu yang dengan begitu sabar menunggu cintaku selama lebih dari 8 tahun. Ya, tapi itu dulu, beberapa bulan yang lalu! 

Entah mengapa sekarang semuanya tiba-tiba berubah. Berubah, saat aku baru menyadari bahwa semua yang kau lakukan ternyata berhasil mengubah hidupku. Ternyata, perhatian-perhatian kecil yang sering kau berikan dulu berhasil menyeretku dalam sebuah kubangan bernama ‘cinta’. Aku merindukanmu! Aku merindukan sapaanmu, tawamu, bahkan aku selalu rindu pada lelucon yang kau buat. Aku merindukan semuanya! 

Awalnya semua berjalan biasa saja, awalnya aku tak begitu mempedulikanmu. Aku kira kau hanya seorang yg selalu terobsesi padaku, sebatas itu. Karena aku masih tercekat dengan labelku sebagai seorang butchy. Namun, aku salah! Kamu yang kukira tak akan mampu mengisi kekosongan di labirin-labirin hatiku, nyatanya diam-diam berhasil mengisi kekosongan itu. Ucapanmu dulu yang sering tak ku hiraukan ternyata sekarang menjadi candu yang aku cari-cari keberadaanya.

Aku tahu aku yang salah! Tapi mengapa getar perasaan ini baru terasa di saat kau sudah pergi? Lantas mengapa juga kau harus pergi secepat ini? Apa yang salah?  Apakah aku yang sudah terlalu jahat melukai hati dan harga dirimu? Maafkan aku!!

Meskipun perasaanku tak sedalam (mungkin) perasaanmu. Hanya saja sekarang aku merasa begitu menyesal, sangat menyesal. Bagaimana mungkin aku bisa begitu acuh padamu? Kamu adalah orang yang dulu aku sia-siakan perhatiannya, orang yang dulu tak pernah ku pedulikan usaha kerasnya, yang tak pernah kuperhatikan berbagai macam ‘kodenya’. Cintaku datang terlambat, begitukah? 

Aku merasa ada mozaik di dalam hidupku yang tiba-tiba saja hilang sesaat setelah kepergianmu. Dan kini, aku semakin percaya bahwa kita baru bisa merasakan betapa berharganya seseorang setelah kita kehilangan dia, setelah dia pergi meninggalkan kita.

Setelah kau pergi, aku kembali ke duniaku. Berteman lagi dengan kesepian. Bercumbu lagi dengan kepalsuan. Merapikan lagi ruang-ruang hati yang (lagi-lagi) berantakan oleh orang-orang yang hanya datang tapi untuk pergi, sepertimu.

Jika suatu saat nanti kita kembali bertemu, aku ingin sekali mengatakan;

“Terimakasih sudah pernah datang. Terimakasih karena ternyata kamu adalah pengering luka masa laluku. Ternyata kamu adalah penghadir senyum ditengah tangisanku. Terimakasih.. Terimakasih pada kenangan indah yang kau buat. Aku bahagia kau pernah hadir, aku bahagia karena kau pernah menjadi secuil dari kisah milikku. Bahagiaaaa sekaliiii.. Terimakasih jika kamu sudi tuk mengulang kembali rasa itu denganku! Dan terimakasih untuk sebuah benih yg telah kau tanam di rahimku, meski awalnya aku membencinya namun akhirnya aku sadar bahwa aku ini memang seorang wanita.”

“Aku takut kehilangan seseorang yang (sebenarnya) bukan milikku – dan orang itu adalah kamu”

**********

Aku masih termenung memandang sebuah meja kerja kosong disudut ruang kantor. Di meja itu dulu ada seorang lelaki yg tak pernah lelah untuk mengejar cintaku, entah apa yang ada dipikirannya hingga selama 8 tahun dia tak pernah menyerah untuk mendapatkan perhatian dariku.

Bahkan puncaknya dia nekad datang ke rumah untuk melamarku menjadi istrinya. Aku pikir dia sudah gila, karna aku sudah lebih dari 50 X menolak cintanya. Aku masih berfikir klw aku ini seorang Butchy yg hanya terobsesi dengan sesama wanita sepertiku.

Namun semua sirna, ketika 4 bulan aku tak lagi melihatmu. Kamu pergi setelah aku menolak mentah mentah lamaranmu. Awalnya aku berpikir ini awal dari kebahagiaanku, aku bisa terbebas dari seseorang yg selalu saja menjadi hama di kehidupanku. Tapi ternyata aku salah! Justru aku kini merasakan ada sesuatu yg hilang ketika kamu tak lagi ada di pelupuk mataku.

"Maafin ibu nak! Ibu sudah terlalu jahat kepada ayahmu. Dia pria yang baik, namun ibu justru menyia-nyiakan dia." Gumamku lirih sambil mengelus perutku yg kini mulai nampak membuncit.

Aku kini kembali merasakan kesepian di kehidupanku. Mereka yg dulu aku anggap menyayangiku kini perlahan menjauh, ahhh.. Aku memang bodoh!! Telah menelantarkan perasaan seseorang yg benar benar menyayangiku. 8 tahun bukan waktu yg sebentar untuk menunjukan sebuah ketulusan. Namun aku justru mengusirnya dari kehidupanku.

3 bulan yang lalu..

Aku merasakan perutku sering benkontraksi, dan aku juga sering memuntahkan kembali makanan yang aku makan. Lama kelamaan orang tuaku pun mulai curiga. Dan mereka menyuruhku untuk memeriksakan kesehatanku ke dokter. Dan benar saja, aku hamil! Dan ini anak Erick, karna cuma dia satu satu nya pria yg pernah bercinta denganku. Jujur aku memang sering bercinta, namun dengan sesama wanita! Jadi ngga mungkin juga aku bisa hamil oleh mereka, dan tentu saja ini anak Erick!

"Keterlaluan kamu Fri! Kenapa kamu sampai menolak lelaki itu untuk bertanggung jawab! Kamu sadar ngga klw kamu telah membuat kesalahan besar?" Kata papah geram, ketika menyidangku di ruang keluarga.

"Pah, fri ngga suka dia! Fri ngga suka pria pah! Fri sukanya sama wanita! Fri lesbian pah!" Kataku sambil menahan tangis.

Seperti merasa ditampar, papahku pun mendadak terdiam. Dengan lemas akhirnya Papah duduk kembali di sofanya, sementara mamah hanya bisa terdiam.

"Papah sama mamah selalu maksa Fri buat nikah kan? Dengan alasan ingin punya cucu, skrng Fri kasih cucu buat papah sama mamah. Jadi jangan paksa Fri untuk menikah dengan pria! Toh papah sama mamah tetap akan bisa punya cucu kan?" Kataku lagi.

"Tapi Fri, anak itu tetap harus butuh figur seorang ayah! Apa kamu tega jika nanti dia terlahir sebagai anak yg tak punya ayah?" Tanya mamah.

"Cukup mah! Biar Fri yg tanggung sendiri bagaimana rasanya!" Kataku ketus.

Akhirnya papah dan mamah pun memilih untuk mengalah. Dan aku kembali ke kebiasaanku bergaul dengan sesama wanita. Namun apa yg aku dapat? Perlahan mereka pun menjauh setelah tau klw aku hamil. Aku muak dengan semua ini!

Seiring berjalannya waktu akupun tersadar, jika mereka semua tega meninggalkan ku begitu saja paling ngga anaku nanti takkan pernah tega untuk mencampakkanku. Karna aku ibunya! Aku yg mengandung dan melahirkanya! Dengan harapan itulah aku menepis semua keinginan untuk aborsi.

Dan perlahan tapi pasti aku justru sering memikirkan Erick! Pria yg sudah menitipkan benihnya di rahimku. Meskipun awalnya aku membencinya, namun kini aku justru selalu memikirkannya. Akupun mulai ragu dengan label 'Lesbian' yg aku tempelkan sendiri di diriku. Karna aku sekarang baru sadar, bahwa aku sesungguhnya seorang perempuan yg bisa mengandung & melahirkan anak.

"Dimana kamu Rick? Maafin aku yg udh tega nyakitin hati kamu. Sekarang aku bener bener sadar, klw cuma kamu yg tulus sayang sama aku!"

***********

"Jangan pernah tinggalin mamah yh nak, karna mamah cuma punya kamu seorang. Setelah papahmu pergi!" Kataku lagi sambil mengelus janin yg mulai berkontraksi di perutku.