Halaman

Kamis, 30 April 2015

Kumpulan Cerpen: Bidadari Jalang Itu Istriku.

Jika kamu menyayangi Seseorang, berhentilah menghakimi masa lalunya. Berdiri lah disampingnya, dan bantu dia untuk menghias masa depannya. Karna kamu tak tau kapan waktunya dia untuk pergi.

Taman monas hening sore ini. Terlihat matahari sudah mulai beranjak pergi dari peradabanya. Warna keemasan mulai terlihat dipuncak monas. Awan awan nampak berarak beriringan dilangit jingga. Tidak terlihat seorangpun disini ini kecuali aku dan Angel kekasihku. Suasana yang begitu tentram jauh dari suara bising kendaraan dan udara yang begitu segar tanpa polusi asap knalpot.

“Angel”. Kucoba untuk memulai pembicaraan. Kupegang tanganya dan kukeluarkan sebuah kotak mungil yang berisi cincin didalamnya. Dia hanya mentapku dan nampak sedikit bingung.

“Sudah tiga tahun kita menjalin hubungan ini”. Hanya sedikit senyum kebingungan yang terlihat dari raut wajahnya saat ini.

“Dan aku rasa sudah saatnya kita membawa hubungan ini ke jenjang yang lebih serius”. Kulanjut kan kata-kataku.

“Angel, maukah kamu menghabiskan sisa hidupmu untuk menemaniku serta menjadi ibu dari calon anak-anaku kelak”. Pintaku sambil membuka kotak cincin yang berada di tanganku.

Raut wajah yang tadi terlihat sedikit bingung kini berganti menjadi raut muka gembira sekaligus kaget.

“Iya. Aku mau menghabiskan sisa hidupku denganmu dan menjadi calon ibu dari anak-anakmu kelak”. Setelah aku mendengar jawaban itu, aku langsung memasangkan cincin itu pada jari manisnya sambil kukecup keningnya.

********

Dan hari bahagia itu pun tiba. Hari yang sangat penting dan sakral bagi kami berdua. Perasaan senang dan gugup berkecamuk menjadi satu dalam diriku ketika penghulu mulai memegang tangan kananku. Keringat dingin mulai bercucuran membasahi keningku.

“Sudah dua kali kamu gagal. Jika kali ini kamu salah lagi mengucapkanya, maka ijab qobul ini akan batal”. Kata sang penghulu padaku.

Lalu ku coba lagi mengucapkan ijab qobul untuk yang terakhir kalinya, dan Alhamdulillah kali ini aku dapat mengucapkanya dengan benar.

Setelah kami melakukan ijab qobul dan menggelar resepsi pernikahan sederhana, akhirnya waktu yang kami tungu-tungu itu datang. Malam pertama. Sebuah moment yang aku harap dapat berjalan dengan sangat spesial dan akan menjadi sebuah kenangan yang takkan terlupakan nantinya.

Dan benar saja. Malam itu benar-benar menjadi momen yang sangat tak terlupakan. Namun bukanya kebahagiaan yang kurasa. Melainkan perasaan kecewa yang teramat sangat besar, ketika aku mendapati istriku ternyata sudah tidak perawan. Entah lelaki mana yg telah lebih dahulu menidurinya.

Hari-hari telah kami lalui bersama, dan semakin hari rasa cintaku seakan semakin terkikis oleh rasa kecewa yang aku alami. Sebulan setelah malam itu berlalu, ketika aku tengah terduduk di sofa sambil menikmati acara televisi kesukaanku, tiba-tiba ia datang menghampiriku.

“Mas, aku hamil”. Katanya.

Aku hanya tersenyum tipis. Karena jujur saja saat ini aku amat menyesal karena telah memilih Pelacur ini sebagai pendamping hidupku. Apa lagi ketika ku ingat ia sudah pernah tidur dengan lelaki lain. Jijik rasanya jika harus membayangkan itu semua.

Keesokan harinya ketika aku pulang dari kantor, istriku datang menghampiriku yang tengah duduk beristirahat di teras depan rumah.

“Mas aku ingin ketoprak”. Katanya.

“Nanti saja lah, aku masih capek”. Jawabku dengan sedikit cuek.

“Ini bukan mauku mas, tapi ini kemauan anak kita”.

Akhirnya dengan berat hati akupun berdiri dari kursi kemudian pergi meninggalkan istriku untuk mencarikan ketoprak untuknya. Sesampainya di rumah, aku berikan makanan itu. Tapi ia hanya memakan beberapa sendok saja. Dan hal ini sontak membuatku sangat jengkel. Hingga kami terlibat sebuah percekcokan. Ingin sekali aku tampar muka Pelacur ini.

Namun ketika aku baru mengangkat tanganku, tiba-tiba seperti ada sebuah mata pisau yang tepat menghujam ke arah jantungku. Nafasku terasa sesak dan seketika pandanganku mulai kabur.

Brruuuk!!! Aku jatuh terseungkur ke lantai.

Perlahan ku buka mataku. Pandanganku masih terlihat samar-samar. Ku toleh disekelilingku terlihat beberapa selang yang menempel pada tubuhku.

“Selamat siang pak”. Kata seorang suster.

“Bagaiman keadaanya. Sudah baikan?”. Sambil menyuntikan sesuatu ke dalam infuse yang tergantung disampingku.

Aku hanya sedikit tersenyum sambil memandangi wanita itu. Aku baru tersadar, ternyata penyakit jantung yang ku derita selama ini kambuh lagi. Sebulan sudah aku di rawat di rumah sakit, hingga akhirnya hari ini dokter memperbolehkanku untuk pulang ke rumah. Namun seminggu sekali aku masih harus kontrol kerumah sakit. Dokter juga mengatakan, aku harus selalu menjaga emosiku serta tidak diperbolehkan melakukan aktifitas yang dapat membahayakan kesehatan jantungku.

Tubuhku masih terasa lemah dan tak jarang jangtungku terasa seperti ditusuk-tusuk oleh mata pisau. Aku mulai beranjak bangun dari tempat tidurku dan berjalan keluar kamarku. Ku hirup udara pagi yang masih terasa segar dan belum tercemari oleh asap kendaraan.

“Mas, ini sarapanya di makan dulu sebelum minum obat”. Aku menoleh ke belakang, terlihat istriku sedang meletakan sebuah piring dan obat-obatan beserta air putih kemeja dekat ranjang.

“Aku berangkat ke kerja dulu mas, jangan lupa obatnya nanti di minum”. Kata istriku sambil berlalu meninggalkan kamar.

Semenjak penyakitku kumat, Angel lah yang menjadi tulang punggung keluarga sekaligus merangkap sebagai seorang ibu rumah tangga. Selain itu kini ia juga lebih sabar dalam menghadapiku walaupun akhir–akhir ini aku sering marah tak jelas padanya. Karena selain ini semua akibat ulahnya, aku juga masih belum dapat melupakan kekecewaanku itu. Belum lagi ketika aku tau penyakitku ini tak dapat lagi disembuhkan, jika tidak ada seseorang yang rela mendonorkan jantungnya untukku.

Namun siapa juga orang bodoh yang mau mengorbankan hidupnya untuk kehidupanku. Sepertinya memang ini sudah menjadi takdirku. Menunggu ajal yang akan datang hanya dalam hitungan bulan.

“Ini semua pasti karna perempuan pelacur itu”. Keluhku dalam hati.

Jarum jam terus berputar, matahari juga sudah mulai terlihat tinggi. Sementara aku masih terduduk di kursi depan kamarku semenjak pagi tadi. Hari ini aku merasa begitu bosan, karena tidak ada satu halpun yang dapat kulakukan. Di tambah lagi suasana rumah yang begitu sepi. Tidak ada seorangpun di rumah ini kecuali aku. Hingga akhirnya aku mulai beranjak dari tempat dudukku dan berjalan menuju sebuah komputer yang terletak tak jauh dari tempat ku duduk. Kunyalakan komputer itu dan ku buka facebooku. Disana terlihat ada sebuah permintaan pertemanan. Ku lihat foto orang itu, aku sedikit heran. Wajahnya terlihat sangat familiar. Tidak lama berselang setelah kukonfirmasi permintaan itu, tiba-tiba muncul sebuah pesan pada jendela chatingku. Ternyata itu orang yang tadi, seorang wanita yang kurasa aku sudah pernah mengenalnya.

“Hay, gimana kabarnya?”. Sapanya dalam pesan itu.

“Baik. Maaf ini siapa iya?”. Aku mengkernyitkan dahiku, karena sampai saat ini aku belum ingat siapa wanita itu.

“Masa lupa. Aku Vany”. Balasnya.

Dan akupun baru teringat, ternyata ia adalah Vany mantanku sewaktu SMA dulu.

Waktupun berputar, aku dan Vany pun semakin dekat. Dan dia juga sering main kerumahku. Tentunya tanpa sepengetahuan Pelacur itu. Hingga pada suatu hari ketika aku sedang duduk melamun di ruang tengah, tiba-tiba ku dengar bunyi dari handphoneku. Setelah ku lihat, ternyata ada sebuah pesan dari Vany.

“Mas aku di depan rumah”. Katanya dalam pesan itu.

Aku langsung beranjak meninggalkan ruang tengah dan menuju ke pintu depan. Setelah ku buka, ku lihat Vany mengenakan dress warna merah.

“Silahkan masuk”. Kataku sambil tersenyum.

Vany pun masuk, namun aku melihat ia agak sedikit aneh hari ini, Vany nampak begitu sexy hari ini. Akhirnya muncul sebuah ide gila dikepalaku, aku pun lantas menggiringnya ke kamar tidur. Itung-itung sebagai pelampiasan kekecewaanku pada istriku.

Tanpa pikir panjang, aku langsung menidurinya. Vany pun tak menolak untuk ku gagahi, karna dia masih menyukaiku. Kamipun lantas berlomba mendaki puncak tertinggi dari nirwana berdua.

"Sekarang kita impas Angel! Karna kita sama sama pernah tidur dengan orang lain!" Senyumku puas.

Malam pun datang menjelang, Ku lihat Pelacur itu tengah asyik mengotak-atik ponselku. Dan aku baru tersadar, kalau aku lupa belum menghapus pesan-pesan dari Vany. Lebih parahnya lagi di dalam pesan itu terdapat pembahasan tentang apa yang telah kami lakukan tadi siang. Dibukanya pesan itu dan seketika istriku pun marah besar. Tetapi aku tidak mau kalah.

“Aku hanya ingin semuanya impas. Toh tubuhmu juga sudah pernah dinikmati lelaki lain, apa salahnya kalau aku juga menikmati tubuh wanita lain. Dasar Pelacur jalang!!”. Kataku sambil menampar istriku hingga tubuhnya tersungkur ke lantai.

Dan seketika itu juga dadaku seperti di hujam oleh ribuan mata pisau. Nafasku mulai terasa sesak dan pandanganku mulai kabur. Hingga pada akhirnya aku jatuh pingsan.

Setelah mengalami koma selama 3 minggu, hari ini aku mulai sadar. Namun aku masih di rawat di dalam ruang ICU. Setelah tiga hari, akhirnya dokter memindahkanku ke bangsal dan keadaanku pun semakin membaik. Hingga pada suatu hari dokter mengijinkan aku untuk pulang. Namun aku merasa sedikit bingung, sudah beberapa hari ini aku tidak melihat sosok Pelacur itu datang menjenguk ku. Mungkin dia masih marah denganku atau karena ia terlalu sibuk dengan urusan kantornya.

"Ahh.. Masa bodho lah, emang ku pikirin??" pikirku.

Hingga sebelum aku pulang, seorang suster menghampiriku dan memberikan sebuah surat untuku. Kubuka surat itu, dan ternyata itu surat dari istriku. Dia, istriku meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit. Dia mengalami kecelakaan dan keguguran sehingga ia mengalami pendarahan dan nyawanya tak dapat diselamatkan. Namun sebelum ia meninggal ia sempat berpesan untuk memberikan jantungnya padaku. Setelah mengetahui kabar itu, aku merasa begitu sedih dan kehilangan.

Dengan berderai airmata ku buka surat yang diberikan oleh suster tadi.

“Dear suamiku tercinta.
Maafkan aku mas, jika aku selama ini tidak dapat menjadi istri yang baik seperti yang kamu harapkan. Aku juga tidak dapat mempersembahkan mahkotaku padamu, lelaki yang menjadi imamku. Seseorang telah lebih dulu merenggutnya secara paksa dariku.

Awalnya aku berfikir untuk mengubur semua kenangan pahit masalaluku sendiri. Namun ternyata aku salah, skali lagi maaf jika aku tak pernah bisa menjadi yang terbaik buat kamu.

Mungkin saat ini ragaku sudah tidak dapat mendampingi mu seperti janjiku dulu sebelum kita menikah. Namun jantungku yang akan senantiasa menemanimu sampai nanti engkau menyusulku.

Lanjutkan hidupmu mas, dan wujudkan lah mimpimu untuk membangun rumah tangga dengan wanita yang baik. Wanita yg bisa menjaga mahkotanya tetap utuh untuk imamnya, yang pasti wanita itu bukan lh aku.

Aku dan buah hati kita akan ikut senang jika melihat ayahnya tersenyum bahagia di dunia sana. Skali lagi, maaf jika aku tak pernah bisa jadi wanita yg terbaik buat kamu.

Salam istrimu.
Angel

Tanpa terasa air mata semakin deras membasahi pipiku, ku remas surat dengan perasaan hancur berkeping keping. Kini aku merasakan kehilangan yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku begitu menyesal, karena aku telah menyia-nyiakan orang yang begitu mencintaiku.

Andai ia dapat kembali, aku akan mencintaimu dan akan aku terima segala kekurangan nya.

"Oh tuhan, manusia macam apa aku ini. Engkau telah anugrahkan wanita yang sebetulnya telah sempurna untuku, namun aku malah menyia-nyiakanya hanya karena kegoisan yang merajai pikiranku."

Lima tahun telah berlalu, namun aku masih hidup sendiri. Karena aku tidak dapat melupakan almarhum istriku dan penyesalan selalu datang menghantuiku.

Ingin sekali aku mengakhiri hidupku saat ini juga, namun akal sehatku selalu saja datang menghalangi.

"Bagaimana kamu bisa berkumpul lagi dengan anak & istrimu di surga? Jika kamu mengakhirinya dengan jalan yg salah. Kamu akan menyia-nyiakan jantung istrimu sendiri klw sampai kamu nekat melakukannya!"

Hanya satu yg selalu aku nantikan saat ini, aku menanti Tuhan menjemputku. Sehingga aku akan dapat bertemu dengan anak dan istriku di surga nanti. Bisa kembali memeluk istriku, "Si Bidadari Jalang" yg telah aku sia-siakan semasa hidupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar