Halaman

Senin, 27 April 2015

Bidadariku Seorang Lesbian 4: Melamar Kamu.

Aku sudah memasuki pagar rumahnya, aku memakai setelan terbaik yang pernah aku pakai. Parfum, dan permen karet untuk meredakan kegugupanku. Aku langsung mengetuk pintu rumahnya, tidak lama setelahnya seorang wanita paruh bawa menyambutku, membukakan pintu.

“Maaf, syapa yah?.”

"Perkenalkan, nama saya Erick tante. Saya teman kerjanya Friantika." Kataku sambil menjabat tangan Ibu itu.

“Ada perlu apa yah?”

“Friantika nya ada tante?”

“Owh ada, mari masuk dulu.” Kata ibu tadi seraya mempersilahkan ku masuk.

“Sebentar yh, tante panggilin friantika nya dulu. Owh iyh mau minum apa?”

“Duh maaf jadi ngrepotin tante.” Kataku grogi.

"Ngga papa, sebentar tante panggilin friantika nya dulu yh." Ibu itu pun tersenyum dan masuk kembali ke dalam rumah (lebih dalam dari ruang tamu).

Tidak lama Ibu itu muncul kembali sambil membawa nampan teh, ada suaminya dan Fly di belakangnya. Mereka pun duduk di kursi tuang rumah.

“Fri, katanya dia mau ketemu sama kamu” mamahnya Fly mengawali pembicaraan.

Fly hanya diam, wajahnya sinis melihat aku ada di rumahnya.

“Om, Tante. Maksud kedatangan saya kesini berniat melamar Friantika Trihapsari putri Om dan Tante. Apakah Om dan Tante bersedia mempercayakan putri Om, Tante untuk menikah dengan saya”

Setelah mengutarakan saya merasa menjadi laki-laki yang sesungguhnya.

“Om tidak bisa memutuskan menerima atau tidak. Saya tidak pernah memaksa anak untuk sekolah dimana, mau kerja apa, mau menikah dengan siapa. Jadi keputusannya ada pada Friantikanya sendiri, iya kan Mah” Jawaban Papahnya Fly.

“Tante juga tidak tidak bisa memutuskan nak, semua terserah Friantika, kalau Friantika bersedia menikah denganmu, Om dan Tante juga merestui.” Mamahnya Fly mempertegas kata-kata suaminya.

Pandanganku kualihkan pada Fly, dan Fly membuang muka menghindari pandanganku.

“Fly, bersediakah kamu menjadi istriku? Bersediakah kamu menjadi ibu dari anak-anakku, menjadi nenek dari cucuku? Bersediakah kamu menjadi kekasihku, menjadi pendamping hidupku selamanya?” Aku berkata dengan nada suara terbaik yang aku punya.

“Bukannya minggu lalu aku menolak cintamu?? Malah sekarang datang kerumah dengan pakaian seperti itu buat melamarku, menjadi nenek-nenek pula. Maksudnya apa Hah?” Fly berbicara sama sekali tidak menatapku.

“Aku hanya ingin kamu menjadi pendampingku Fly, menjadi istriku, ibu dari anak anak ku, anak anak kita nantinya.”

“Oh terus?”

“Aku sengaja ngomong langsung di depan papah mamahmu agar kamu percaya, kalau aku benar benar tulus sayang sama kamu. Dan berharap kamu yang akan mendampingiku seumur hidupku.”

Fly langsung membalikkan mukanya kearahku. Mukanya sengit nampak sekali dia menahan kekesalan. Dua hari yang lalu dia aku perkosa, aku yang mengambil keperawanannya, dan sekarang seolah tanpa dosa aku sendiri yang datang kerumahnya untuk melamarnya.

“Apa kamu ngga ngerti ngerti juga Erick? Kalau aku itu ngga suka sama kamu?”

“Tapi aku yakin Fly, seiring berjalan nya waktu kamu akan bisa menerimaku. Aku benar benar tulus sayang sama kamu fly! Apa kamu menerima lamaran ku?”

“Tidak!”

Wajah Fly sangat serius dan tidak sedang bercanda. Aku tidak menyangka akan seperti ini. Lamaranku ditolak olehnya. Bayanganku kedatangaku kerumahnya dan melamarnya dia langsung jawab iya lalu memelukku. Ternyata tidak. Sepertinya aku akan kembalai terkurung, percaya diriku seketika runtuh, aku menunduk.

“Baiklah, karena Friantika menolak lamaranku lebih baik aku pulang.”

“Pulang sana!”

Nada suara Fly semakin tinggi, wajahnya semakin membuat perasaanku berantakan, aku gentar menatapnya.

“Permisi Om, Tante.”

Aku bangkit dari kursi dan ingin rasanya aku langsung berlari keluar dari rumah ini. Mamah, Papah nya Fly ikut beridiri. Aku lihat wajah mamahnya Fly memelas. Aku balik kanan.

“Jangan pernah datang lagi kesini Erick! Sampai kapan pun aku ngga akan pernah bisa suka dan sayang sama kamu! Kamu tau sendiri kan alasanya apa?!"

Langkah kalahku langsung terhenti, ku lihat Fly (mungkin ini buat yang terakhir kalinya aku melihat bidadari yang selalu aku kagumi sejak 8 tahun yang lalu).

“Iyh aku tau, namun sampai kapan pun aku ngga akan pernah bisa untuk berhenti sayang sama kamu Fly! Meskipun mungkin kamu akan menganggapku lelaki yang tidak tau malu."

******

Aku pun memutuskan untuk secepatnya pergi dari rumah itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar