Rabu, 22 April 2015

Cinta Yang Salah Arah 1 : Rasanya Seperti Malam Pertamaku Yang Tertunda.

Orang selalu bilang bahwa cinta itu anugerah, cinta itu adalah hal yg diidam idamkan oleh setiap orang, bagaimana dengan aku?

Namun aku justru jatuh cinta pada pria yang telah memiliki seorang istri, aku tahu ini suatu kesalahan, sesuatu yg seharusnya bisa kuhindari, tapi entah kenapa, pria ini memperlakukan aku berbeda dengan lelaki yg pernah kukenal sebelumnya.

Kami berkenalan belum begitu lama, tepatnya beberapa bulan yg lalu. Aku mengenalnya ketika aku hilang arah. Saat itu aku baru saja dicerai oleh orang yg menikahiku hanya untuk satu malam. Gila kan?? Sore aku dinikahi, paginya aku dicerai dengan alasan dia seperti bercinta dengan mayat hidup. Sebenarnya aku ngga terlalu sakit diperlakukan seperti itu, disamping aku ngga kenal & ngga mencintai orang itu. Toh aku sudah melabelkan diriku sendiri seperti seorang pelacur.

Aku sedang berdiri bingung didepan sebuah portal masjid, dan saat itu Rio keluar dari dalam. Ia baru saja selesai solat ashar kayanya. Dia lalu menghampiri aku dan bertanya, karna waktu itu dia melihatku seperti orang linglung.

Aku kaget saat mendengar pengakuannya sebagai seorang wartawan. Jadi mau ngga mau aku harus mengarang cerita, jangan sampai aibku sendiri aku buka di depan dia.

"Namaku Eren, aku dari jogja dan aku tersesat disini. Tas, alamat, dang semua barang"ku hilang di jambret orang!" Kataku kepadanya.

Diapun sepertinya percaya, disamping karna mukaku yg innocent, alasanku pun cukup mampu meyakinkannya. Dan seperti dugaanku, dia memang pria yg baik karna mau menolong aku. Dia membawaku ke tempat kaka kandungnya, irma namanya. Setelah dia menjelaskan semua ke kakaknya, akhirnya kakaknya pun mau menerimaku. Dan sejak saat itu resmilah aku tinggal di tempat kakaknya rio.

Akupun membantu kakanya Rio dirumah, dari mulai beres", nyapu, nyuci, ngepel, dan lain sebagainya. Anggap saja aku sekarang berprofesi sebagai pembantu rumah tangga disitu. Sepertinya irma kakaknya rio menyukaiku, hingga menganggap aku seperti saudaranya sendiri. Bahkan Irma sepertinya lebih dekat sama aku dibandingkan dengan adik iparnya.

Dan akupun nyaman tinggal disitu, tidak seperti saat aku menjadi istri Kyai setan yg stiap hari memperlakukanku seperti budak sexs nya, setelah 3 bulan dan merasa bosan dia menceraikanku. Atw saudara si Kyai yg justru menjualku ke orang sinting yg menikahiku hanya untuk satu malam.

Suatu hari saat aku sedang menyapu halaman, Rio datang bersama seorang perempuan muda sambil menggendong anak kecil. Dari situ aku tau kalau ternyata Rio sudah beristri. Awalnya aku sakit, karna jujur aku mulai jatuh cinta sama Rio. Namun aku juga ngga bisa nyalahin Rio, karna aku sendiri ngga pernah bertanya apa dia sudah punya istri. Aku hargai kejujuran Rio, dia benar" laki" yg baik.

Semakin lama, rasa cintaku ke Rio semakin besar. Ya Tuhan!! Aku betul" pelacur yg ngga tau diri & tega merusak rumah tangga orang yg sudah begitu baik sama aku.

Hingga suatu ketika, Rio menemukanku yg sedang melamun di kamarku sambil menangis. Akupun lagi" berbohong sama dia, aku bilang aku sedang kangen dengan keluargaku di jogja. Padahal sebenarnya, aku lagi nangisin perasaanku sendiri yg telah salah mencintai lelaki yg ternyata telah beristri.

Rio pun berusaha menenangkan aku, dia bahkan berjanji akan mengantarkan aku pulang ke jogja. Namun aku bergegas menolaknya, karna memang aku sebenarnya bukan dari jogja, tapi dari sebuah desa kecil di purwakarta. Akhirnya Rio hanya bisa memeluku, mungkin maksud dia ingin menenangkanku. Dan aku benar" merasa nyaman dalam pelukannya.

Namun sepertinya setan berkehendak lain. Aku punmendongakan kepalaku ke atas, wajahkupun berhadapan langsung dengan wajah Rio hingga jarak kami semakin dekat. Akupun cuma bisa memejamkan mata, ketika aku rasakan bibir Rio lembut mengulum bibirku. Perlahan tapi pasti bibirku pun terbuka, membiarkan lidah Rio menjelajahi setiap relung dalam rongga mulutku. Lidah kami saling bertautan.

Aku pun mulai terangsang saat lidah Rio bergerak makin liar di dalam mulutku mendorong-dorong lidahku dan tangannya mulai meremas-remas buah pantatku lalu perlahan menyingkap dasterku ke atas. Dasterku ditariknya ke atas hingga CD ku segera tersentuh langsung oleh telapak tangannya.

Aku menggerinjal karena usapan tangannya yang terasa geli di pantatku yang halus.

"Hhsshh.. Oughh.." tanpa sadar aku sedikit melenguh karena tangan Rio meremas buah pantatku dengan gemasnya.

Napasku mulai memburu dan gairahku mulai terusik. Apalagi bau keringat Rio yang menusuk sangat maskulin dalam penciumanku.

"Ja.. Jangan.. Yoo.. Ohh.. Sshh"

Antara sadar dan tidak aku masih sempat meronta dan mulutku masih mencoba mencegah perbuatan Rio lebih jauh. Namun seolah tak peduli dengan desisanku atau mungkin karena penolakanku tidak begitu sungguh sungguh, Rio tetap saja merangsekku dengan serbuan-serbuan erotisnya. Lidahnya terus saja menjilat-jilat mulutku dan turun ke daguku.

Aku semakin gelisah menerima rangsangan ini, apalagi tangan Rio yang tadinya meremas remasa pantatku kini bergeser ke depan dan mulai mengelus-elus daerah perut di bagian bawah pusarku. Tubuhku bergoyang-goyang kegelian menahan serbuan tangan nakalnya yang sudah mulai merambah daerah selangkanganku.

"Yoo.. Jang.. Jangannhh.. Ohh.." aku semakin mendesis antara menolak dan tidak saat tangan Rio mulai menurunkan lalu melepas CD ku.

Tangan Rio yang nakal kemudian mengaduk-aduk daerah sensitifku dengan liar. Mulutnya kian gencar menyedot-nyedot leherku. Seolah tak peduli dengan rengekanku, Rio terus saja bergerak. Kini tangannya bahkan mulai meremas-remas labia mayoraku yang sudah mulai basah berlendir. Tubuhku tersentak saat jari tangan Rio mulai menyusup ke dalam labia mayoraku dan mulai mengorek-korek tonjolan kelentitku.

Digerakannya jarinya berputar putar menggesek kelentitku. Kakiku seolah sudah tak bertenaga hingga tubuhku sudah tersandar sepenuhnya di pelukan Rio. Sambil terus memutar-mutar jarinya di tonjolan kelentitku, Rio mulai mendorong tubuhku dan merebahkannya diatas ranjang. Aku yang sudah mulai pasrah hanya diam saja atas perlakuannya. Rio lalu melepaskan jarinya dari selangkanganku dan ia mulai bersujud di hadapanku. Wajahnya berada dekat sekali dengan selangkanganku yang terbuka lebar.

"Aw.. Ohh.." tubuhku kembali tersentak saat tiba-tiba Rio menyurukkan wajahnya ke selangkanganku dan mulutnya menyedot-nyedot bibir kemaluanku.

Lidahnya yang panas menerobos masuk di antara labia mayoraku dan mengais-ngais daging hangat lubang vaginaku. Tanpa sadar aku meremas rambut Rio. Tanpa bicara, Rio terus bekerja! Ya sedikit bicara banyak bekerja!! Ini benar- benar tepat untuk keadaannya saat itu. Lidahnya kini mulai mempermainkan kelentitku yang sudah semakin mengembang. Perutku mulai kejang karena menahan kenikmatan yang hampir meledak.

"Shh.. Ouhh.. Shh.. Ter.. Rushh Yo.." bibirku tak henti-hentinya berdecap menahan kenikmatan yang mulai naik ke ubun-ubunku.

Aku yang tadinya berkata jangan, sekarang meminta Rio untuk terus! Tanganku tanpa sadar merengkuh kepalanya agar semakin ketat menempel ke selangkanganku. Rupanya Rio tahu kalau aku sudah hampir mencapai orgasme.

Lidahnya semakin gila mempermainkan kelentitku. Bibirnya menyedot seluruh cairan yang semakin membuat vaginaku basah. Aku hampir saja mencapai klimaks saat tiba tiba Rio menarik kepalanya dari selangkanganku. Pantatku tanpa sadar bergerak maju mengejar wajah Rio yang ditariknya.

Rio benar-benar mempermainkan aku. Saat aku sudah menjelang orgasme, tiba-tiba ia menghentikan pekerjaannya yang belum tuntas. Napasku sudah ngos-ngosan karena didera nafsu. Rio pun mulai melepas gespernya dan memerosotkan celana sekaligus CD-nya.

Aku benar-benar terkejut melihat Penis Rio yang luar biasa. Besar dan panjang.. Luar biasa. Aku ngeri melihatnya. Jangan-jangan vaginaku bisa jebol dibuatnya. Benar-benar sesuai dengan ukuran tubuhnya yang perkasa. Penis Rio yang perkasa berdiri tegak mengacung ke arah wajahku yang terpaku melihatnya.

Tanpa memberi kesempatan padaku untuk berlama-lama melihat Penisnya yang perkasa, Rio segera memposisikan dirinya diantara kedua pahaku. Lalu kedua kakiku digesernya agar lebih membuka. Bulu-bulu di tubuhku mulai merinding saat ada benda hangat dan tumpul mulai bergesek-gesek di bibir kemaluanku mencoba masuk. Lubang vaginaku yang sudah licin sangat membantu penetrasi yang dilakukannya.

"Oghh.." kudengar Rio menahan napas saat ujung penisnya yang seperti topi baja mulai terjepit labia mayoraku. Aku pun tak mampu bernapas karena benda itu terasa sesak sekali mengganjal selangkanganku.

"Hkk.. Hh.. Shh.. Ouchh" aku mendesis tercekat.

Rio agak kesulitan mendorong penisnya masuk ke dalam lubang vaginaku yang agak kesempitan menerima serbuannya. Aku sendiri heran, aku yang sudah pernah bercinta beberapa kali terasa seperti perawan saja saat ditembus batang penisnya. Terus terang ukurannya jauh lebih besar dibandingkan dengan milik Pak Kyai ataupun Orang yg menikahiku cuma satu malam.

Aku menjadi lupa diri saat itu. Yang kutahu aku harus menuntaskan gairah napsuku. Berkali-kali Rio terus mendorong batang Penisnya. Tanpa sadar aku ikut membantunya dengan menggeser pantatku hingga penis Rio terdorong masuk. Tubuhku bergetar karena seluruh lubang vaginaku seperti tergesek oleh besarnya penis Rio yang baru masuk kira-kira setengahnya saja.

"Ouchh.. Hhahh.." aku berkali-kali pula mendesis menahan nikmat yang kembali naik ke kepalaku.

Dengan pelan Rio kembali menarik batang penisnya dari jepitan lubang vaginaku. Didorongnya lagi hingga bertambah dalam batang itu menerobos masuk ke dalam lubang vaginaku yang sudah mulai bisa beradaptasi dengan besar penisnya. Sekarang gerakan maju mundur batang penis Rio mulai lancar.

"Hugghh.." kami sama-sama menahan napas saat kurasakan seluruh batang penis Rio sudah masuk ke dalam jepitan lubang vaginaku hingga ke pangkalnya.

Itu aku rasakan karena pantatku menempel ketat pada kantung biji telur kemaluan Rio. Lubang vaginaku terasa berdenyut-denyut meremas batang penisnya yang memenuhi lubang vaginaku. Panjang sekali batang penisnya hingga mulut rahimku seolah-olah seperti tersodok benda tumpul.

Tubuh kami terdiam seperti terpatok satu sama lain oleh pasak yang menyumpal lubang kemaluanku. Tangan Rio yang tadinya memegang kedua sisi pinggulku mulai menyusup ke dalam dasterku dan bergerak meremas kedua payudaraku. Tangannya membuat tubuhku menggelinjang saat meremas payudaraku yang sudah terlepas dari BH-ku. Kait BH-ku memang ada di depan hingga mudah bagi Rio melepas penjepitnya. Mataku terpejam menahan desakan napsu yang mulai mendesak dari perutku.

Dengan pelan Rio mulai menarik batang penisnya dari jepitan lubang vaginaku lalu mendorongnya kembali. Tubuhku mulai bergetar saat batang penisnya menggesek gesek seluruh dinding vaginaku. Sambil berpegangan pada kedua payudaraku, Rio terus mendorong dan menarik pantatnya. Gerakan batang penis Rio dalam lubang kemaluanku semakin lancar karena sudah banyak sekali cairan pelicin keluar dari lubang kemaluanku.

Mulut Rio yang tak henti- hentinya menjilati leherku terasa semakin membuatku melayang ke awan tak bertepi. Tangan Rio yang tadinya meremas payudaraku dilepasnya dan menarik wajahku agar menengok ke arahnya. Bibirku langsung dipagutnya dengan bibirnya begitu wajahku menoleh. Lidah Rio segera didorong masuk ke dalam mulutku dan mulai menggelitik rongga mulutku.

Tangan Rio kembali menyusup ke dalam dasterku dan mulai mengerjakan tugasnya meremas-remas kedua payudaraku. Bibirnya memagut bibirku dengan lidahnya mendorong-dorong lidahku. Sementara batang penisnya terus menghunjam lubang vaginaku tanpa ampun.

Berkali-kali rambut kemaluan Rio yang kasar seperti habis dicukur menggaruk-garuk pantatku saat penisnya melesak ke dalam lubang vaginaku hingga ke pangkalnya. Aku pun berkali-kali mengerang tanpa rasa malu-malu lagi. Aku memang selalu ribut kalau sedang bersenggama. Tanpa harus diperintah, aku mulai menggoyangkan pantatku mengikuti irama tusukan penisnya.

Tubuhku mulai terhentak-hentak dan gerakan pantatku sudah tidak terkendali. Pantatku semakin cepat bergoyang dan mundur menyambut dorongan penis Rio hingga masuk sedalam-dalamnya ke dalam jepitan lubang vaginaku.

"Ter.. Rushh.. Yoo.. Oohh" aku terus mendesis-desis tak terkendali.

Tubuhku seolah melayang dan ringan. Rio semakin cepat menarik dan mendorong penisnya menghunjami lubang vaginaku. Aku tersentak. Perutku terasa kejang menahan desakan yang hampir meledak.

"Terushh Ren.. Terushh.." kudengar Rio menggeram sambil menusuk-nusuk lubang vaginaku kian kencang.

Lalu mulutnya kembali melumat bibirku dan tanpa dapat kutahan lagi tubuhku berkelojotan melepaskan ledakan birahi yang sudah tidak terbendung lagi. Aku menggigit bibir Rio yang melumat bibirku. Pada saat yang sama, tubuh Rio pun menggeliat dan tersentak-sentak seperti penari breakdance. Tubuh bagian bawah kami yang saling menempel menggeliat secara bersamaan. Pantatku yang menempel ketat dan seperti terpaku pada tulang kemaluan Rio memutar tak terkendali.

"Arghh.. Shh.." seperti suara koor, kami berdua menggeram secara bersamaan.

Otot-otot vaginaku berdenyut-denyut mencengkeram penis Rio yang tertanam sepenuhnya didalamnya.

Cratt.. Cratt.. Cratt.. Crat.. Crat..!!!

Akhirnya penis Rio mengedut-ngedut dan hampir lima kali menyemburkan cairan hangat yang menyiram ke dalam mulut rahimku. Terasa begitu kencang semburan air maninya menyemprot dalam lubang vaginaku. Kami terus bergerak hingga tuntas sudah air mani Rio terperas denyutan lubang vaginaku.

Akhirnya kami sama-sama terdiam lemas tak berdaya. Napas kami saling memburu. Denyut jantungku berdentum setelah bekerja keras memburu kenikmatan. Aku yang kelelahan tak mampu bergerak lagi. Kubiarkan saja penis Rio yang masih menancap erat dalam lubang vaginaku.

Tubuh Rio pun ambruk menindihku. Pantatku tetap menempel ketat pada tulang kemaluannya. Aku merasakan betapa banyak cairan air mani yang disemprotkan Rio ke dalam lubang vaginaku hingga sebagian meleleh ke sprai ranjangku.

Perlahan-lahan penis Rio mulai melembek dan akhirnya terlepas dari jepitan lubang vaginaku dengan sendirinya. Rio lalu merebahkan tubuhnya disampingku dan meraihku kedalam pelukanya.

"Aku cinta kamu Eren!!" Bisiknya lembut di telingaku, Aku lantas menyusupkan kepalaku ke dadanya yg bidang..

Ya Tuhan, aku mungkin memang sudah beberapa kali bercinta namun kali ini aku merasakan seperti malam pertamaku yg tertunda. Karna baru kali ini aku benar" bisa menikmatinya & aku bahagia sekali malam ini.

"Aku juga sayang kamu, Rio!!" Gumamku lirih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar