Jumat, 01 Mei 2015

Kumpulan Cerpen: Saat Dimana Aku Benar Benar Merasa Telah Menjadi Seorang Ibu.

Hanya sebuah kisah, bukan tentangku, bukan tentangmu, bukan tentang kalian ataupun mereka.

Aku hanya bisa terbaring lemah sambil menunggu, menatap sekeliling ruang periksa yang putih dan bersih. Menunggu seorang bidan yg sedang pergi untuk mengambil hasil test laboratoriumku. Dan menunggu apa yang terjadi pada hidupku selanjutnya.

Semua pikiran terpusat pada sebuah pertanyaan.

"Bagaimana jika...? Bagaimana jika... aku hamil? Apa yang akan aku lakukan? Bagaimana caraku membiayai hidupku dan bayiku? Sedangkan aku masih sekolah & belum punya penghasilan! Selama ini aku hidup hanya dengan mengandalkan bunga deposito asuransi kematian kedua orang tuaku, itupun harus aku irit irit agar bisa mencukupi semua kebutuhanku setiap bulannya. Ini semua salah keparat itu! Kenapa juga dia harus mengeluarkannya di dalam? Bukan diluar seperti biasanya! Dan kemana dia sekarang? Hilang begitu saja setelah aku kabarin dia klw aku telat mens-_- Ahhh,, sial!! Dasar lelaki brengsek!! Mau enaknya doang-_-

Pikiranku seolah diganggu oleh rasa berdebar yang menghantuiku. Dan ketika pintu kamar dibuka, bidan itupun masuk dengan membawa hasil testku. Aku meneliti wajahnya, tapi tak terpancar ekspresi apapun, dingin & datar. Ketika ia mulai bicara, nada suaranya monoton dan amat membosankan.!!

Meski tidak menyimak kata katanya dengan jelas, aku tau persis apa maksud dari diucapkannya padaku!! "Aku Hamil"

Aku hanya bisa duduk terdiam, menerawang memandang rona wajahnya yang sangat memuakkan. Tidak ada kata-kata hiburan yang ditawarkan, tidak ada remasan tangan. Air mataku pun jatuh menetes, dan aku tidak mau lagi melihat atau mendengar apapun. Kupeluk diriku sendiri dan aku menangis semampuku.

Pikiranku kalut "Aku sendiri saja blum bisa merawat diriku dengan baik. Selalu saja dipusingkan dengan masalah mengatur uang yg jumlahnya tak seberapa agar bisa sampai akhir bulan. Dan sekarang aku harus ketambahan tugas untuk merawat dan memberi makan seorang manusia mungil?"

Aku sangat ketakutan dan berpikir bahwa aku telah bertindak sangat bodoh membiarkan diriku hamil. Air mataku mengalir semakin deras. Aku tenggelam dalam kenyataanku yang baru. Aku akan menjadi seorang ibu.

Waktupun berlalu begitu cepat, aku benar benar semakin Frustasi karna tak ada satu pun klinik yg mau membantuku untuk Aborsi. Sedangkan untuk melakukannya sendiri, aku tak punya keberanian. Jujur, aku masih takut mati! Dan aku juga telah lama di drop out dari sekolahanku, karna memang tak ada satu sekolahan pun yg mau menampung siswinya yg terbukti hamil diluar nikah?

Seiring dengan perutku yang makin membesar, demikian juga rasa takutku. Aku benar benar merasa blum siap untuk menjadi seorang ibu. Apalagi menjadi seorang ibu tunggal.

Hari terburuk dalam kehidupanku, ketika aku terpaku sebuah dilorong super market yang nampak sedang ramai ramainya. Disitulah aku berdiri sendiri dengan keadaan hamil besar, kelebihan berat 18 kg, dengan jadwal bersalin yang sudah tinggal menghitung hari.

Perutku terlihat begitu besar sehingga aku sudah tak ingat lagi seperti apa rupa kakiku yang sekarang. Yang aku rasakan sekarang, kakiku mendadak kram sehingga tak bisa bergerak.

Jujur saja, bepergian dengan perut buncit itu seperti sebuah siksaan bagiku. Tapi aku kehabisan susu, mau tak mau akupun harus keluar rumah.

"Tokonya lumayan dekat, jadi aku pasti bisa!", pikirku.

Jadi, disinilah aku, pas diperempatan lorong supermarket berdiri mematung ditempat, sehingga menghalangi laju kereta dorong dari berbagai arah. Dengan wajah merah padam, aku berpura pura menatap deretan kotak biskuit didepanku, aku tidak ingin melihat mimik marah para pengunjung yang jalannya aku blokir.

Dan kemudian aku mendengar suara seorang anak perempuan.

"Ibu, mengapa wanita itu kelihatan aneh sekali?"

Aku mencoba menghentikan air mata yang tiba-tiba merebak.

"Oh Tuhan, tolonglah! Aku sudah tidak tahan! Tidak bisakah orang sekali-kali mengatakan sesuatu yang baik tentang diriku? Aku sangat lelah menjadi alien seperti ini. Apakah aku tak kan pernah lagi menjadi normal, nyaman, dan sehat? Tanpa harus menjadi gunjingan orang? Aku lelah & jengah Tuhan!!"

Lalu ibu anak itu mengucapkan sesuatu yang tak kan pernah bisa kulupakan seumur hidupku.

"Nak, itu karena Tuhan telah memberi wanita itu seorang bayi mungil untuk dibawanya didekat hatinya." Bisiknya lembut kepada putrinya.

Ketika aku membuka mata, ibu dan anak itu sudah hilang, demikian juga dengan kram di kakiku. Tapi kata-katanya itu akan selalu kuingat selamanya.

Entah kenapa mendadak aku terinspirasi untuk menulis sebuah surat untuk anakku yang belum lahir. Tiba-tiba saja terlintas bahwa hal terpenting didunia ini sekarang adalah memberitahunya, diatas sebuah kertas. Bahwa aku akan selalu mencintainya dan menyayanginya dan aku akan selalu berusaha sekuat tenaga untuk menggantikan ketidakhadiran seorang ayah dalam hidupnya.

Masih terekam jelas dikepalaku, ketika pertama kali ia bergerak didalam perutku, aku menyadari bahwa ia memang benar benar "nyata".

Dan saat aku merenungi kata-kata ibu anak yang berpapasan ditoko itu, untuk pertama kalinya aku memikirkan bahwa bayiku itu juga seorang seorang manusia, dengan keinginan serta kebutuhannya sendiri, "bukan sampah yang entah bagaimana caranya harus aku lenyapkan jauh jauh dari kehidupanku".

Aku begitu bersemangat untuk menulis sebuah surat kepadanya. Aku berjalan tertatih ke mejaku dan mengeluarkan alat tulis, lalu memejamkan mata sesaat untuk menghubungkan hatiku dengan bayiku. Dan membuka mata lalu mulai menulis.

Dear Malaikat Hatiku...

Disinilah aku menunggu kedatanganmu, memeriksa semua pakaianmu yang mungil dan memimpikan hari ketika kita akan bertemu didunia luar. Aku sudah mengenalmu, bayiku.

Aku tau kalau kau itu seorang yang kuat dan keras kepala. Setiap tendangan dan getaranmu seolah mengatakan, "Hei, Bu. Ini aku!"

Ikatan kita sekarang mungkin kuat, tapi akan semakin kuat saat aku bisa menunjukkan cintaku kepadamu dan kita bisa membangun hubungan hari demi hari, saat kau mulai tumbuh nanti..

Jujur meski awalnya aku sempat merasa takut jika harus merawatmu seorang diri. Tapi selama beberapa hari terakhir ini, aku benar benar telah mulai menikmati setiap gerakanmu dan menanti hari ketika kita bisa saling bersentuhan.

Kau sekarang dan selamanya akan selalu jadi malaikat dihatiku. Dan aku amat berterima kasih kepada Tuhan karna telah menjadikamu bagian dari hidupku.

Dengan penuh cinta,
Ibu

..............

Akupun tersenyum setelah berulang kali membacanya. Bergegas akupun memasukkannya kedalam amplop, dan menyimpan kedalam kotak kenang-kenangan yang telah kubuat khusus untuk malaikat kecilku nanti. Aku merasa telah bisa untuk menyingkirkan semua rasa takutku. Yang tertinggal hanyalah pikiran bahwa bayiku akan lahir kedunia.

Seminggu kemudian, bayiku terlahir kedunia. Dan aku sekarang tlah benar benar menjadi seorang ibu...

Aku sama sekali tidak bisa tidur selama 24 jam dirumah sakit. Aku seolah tak ingin mengalihkan pandanganku dari makhluk mungil yang telah sukses mengubah statusku. Anak perempuanku, malaikat kecilku, sangat sempurna!!

Aku membayangkan suatu saat nanti, ketika ia sudah bisa membaca. Dan dia membuka amplop itu serta melihat kata kata cinta yang selalu aku tulis saat menanti kehadiranya kedunia, saat saat dimana akhirnya aku siap menjadi seorang ibu dan membawanya selalu didekat di hatiku.. Sepanjang hidupku!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar